JAKARTA, Cobisnis.com – Danau Toba, dengan kaldera raksasa hasil letusan supervolcano ribuan tahun lalu, tetap menjadi salah satu keajaiban alam Indonesia. Dikelilingi perbukitan hijau dan budaya Batak yang khas, Toba bukan sekadar danau, tapi mahakarya alam yang kaya nilai geologi, ekologi, dan budaya.
Tahun 2020 menjadi momen bersejarah saat Kaldera Toba resmi masuk daftar UNESCO Global Geopark (UGGp), pengakuan dunia terhadap kekayaan alam dan budaya kawasan ini. Namun, kabar terbaru dari Marakeh, Maroko, saat perhelatan 10th International Conference on UNESCO Global Geoparks 2023, mengungkap bahwa UNESCO memberikan “kartu kuning” kepada Toba. Predikat prestisius ini kini terancam dicabut jika tidak ada perbaikan.
Peringatan UNESCO: Apa Sebabnya?
1. Pengelolaan Lingkungan Lemah: Pencemaran air dan degradasi lingkungan akibat limbah rumah tangga, pertanian, serta industri perikanan keramba jaring apung (KJA) yang masif.
2. Pembangunan Infrastruktur Kurang Terkontrol: Hotel dan resort dibangun terlalu dekat garis pantai atau hutan lindung, melampaui daya dukung lingkungan.
3. Minimnya Partisipasi Komunitas Lokal: Edukasi publik, pemanfaatan budaya Batak, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat belum maksimal.
4. Kelemahan Pelaporan dan Tata Kelola: Laporan dan langkah strategis pengelola dianggap belum profesional dan sistematis.
Kartu kuning ini menjadi peringatan serius: jika tidak ada perbaikan dalam dua tahun, status UNESCO Global Geopark Toba bisa dicabut pada penilaian berikutnya.
Keajaiban Toba Tetap Perlu Dijaga
Meski mendapat peringatan, Toba tetap menyimpan keindahan alam, keanekaragaman hayati, dan budaya yang luar biasa. Ini jadi pengingat bahwa menjaga geopark bukan sekadar soal pengakuan internasional, tapi juga keberlanjutan lingkungan dan masyarakat lokal.