Jamkrindo

Globalisasi Kuliner Bikin Kimchi, Sushi, dan Boba Jadi Mesin Ekonomi Baru Dunia

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 05 Oct 2025, 06:09 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Globalisasi kuliner mengubah makanan tradisional menjadi komoditas global bernilai tinggi. Produk seperti kimchi asal Korea, sushi dari Jepang, dan boba dari Taiwan kini tak sekadar identitas budaya, melainkan motor ekonomi baru yang menciptakan rantai nilai lintas negara.

Fenomena ini terjadi karena permintaan global terhadap kuliner Asia melonjak tajam dalam satu dekade terakhir. Media sosial, migrasi, dan ekspansi waralaba mendorong makanan lokal menembus pasar dunia, membuka peluang ekspor baru dari bahan baku hingga lisensi merek internasional.

Dalam rantai ekonomi modern, makanan lokal kini diolah dengan sistem produksi global. Ikan untuk sushi bisa datang dari Norwegia, beras dari Thailand, dan dijual di restoran Jepang di New York. Sementara boba menggunakan tapioka dari Vietnam dan teh dari Sri Lanka, sebelum dipasarkan dengan merek Taiwan di lebih dari 60 negara.

Proses lintas negara ini membentuk value chain baru yang melibatkan sektor pertanian, manufaktur, logistik, hingga ekonomi kreatif. Setiap tahap menghasilkan nilai tambah, mulai dari pengolahan bahan mentah hingga strategi pemasaran yang menjual pengalaman dan gaya hidup.

Nilai ekonomi terbesar justru muncul dari branding dan inovasi produk. Secangkir boba berharga Rp30.000, misalnya, hanya memerlukan bahan baku sekitar Rp5.000. Sisanya adalah nilai yang berasal dari merek, desain toko, dan narasi budaya yang dibangun oleh perusahaan waralaba global.

Model bisnis ini menandai pergeseran dari perdagangan berbasis bahan mentah ke perdagangan berbasis identitas. Makanan bukan lagi sekadar konsumsi, tetapi bagian dari soft power ekonomi yang memperkuat citra negara asal di pasar internasional.

Korea Selatan mencatat ekspor kimchi lebih dari US$200 juta per tahun, sementara Jepang meraup pendapatan besar dari industri restoran sushi di Amerika dan Eropa. Taiwan pun menempati posisi penting di industri minuman global dengan pertumbuhan waralaba boba mencapai lebih dari 20% per tahun.

Selain menghasilkan devisa, ekspansi kuliner ini juga menciptakan efek domino terhadap pariwisata dan budaya populer. Wisatawan yang mengenal makanan Asia lewat media sosial cenderung berkunjung langsung ke negara asalnya, menciptakan arus ekonomi lintas sektor.

Rantai nilai kuliner ini juga memperkuat posisi negara Asia di pasar global yang selama ini didominasi produk industri Barat. Kini, inovasi di bidang makanan dan minuman menjadi bentuk baru dari diplomasi ekonomi yang lebih halus, namun berdampak luas.

Dengan permintaan global yang terus meningkat, kimchi, sushi, dan boba menjadi simbol bagaimana budaya lokal bisa bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi internasional. Globalisasi kuliner bukan hanya tren konsumsi, tapi juga strategi ekonomi kreatif yang mampu membentuk struktur perdagangan masa depan.