JAKARTA, Cobisnis.com – Dalam ajaran Islam, sebuah konsep mendalam yang sering diulang oleh Rasulullah SAW adalah keyakinan bahwa Allah SWT adalah Ya Muqallibal Quluub (Dzat Yang Maha Membolak-balikkan Hati). Konsep ini bukan sekadar nama atau sifat, melainkan pengingat fundamental akan kerentanan iman dan pentingnya memohon keteguhan.
Hati yang Selalu Berubah (Taqallub al-Qalb)
Secara bahasa, kata qalb (hati) dalam bahasa Arab berasal dari akar kata yang juga berarti 'berubah' atau 'berbalik'. Hal ini sesuai dengan hakikat hati manusia yang tidak pernah statis; hari ini seseorang bisa berada di puncak ketaatan, namun esok bisa tergelincir dalam kelalaian.
Kekuasaan Allah SWT atas hati ini ditegaskan dalam sebuah Hadis:
{إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ}
Artinya: "Sesungguhnya hati anak Adam itu berada di antara dua jari dari jari-jemari Allah. Dia membolak-balikkannya sesuai kehendak-Nya." (HR. Muslim)
Doa Kunci Para Nabi dan Wali
Kesadaran akan sifat Allah ini membuat Rasulullah SAW, sosok yang paling terjamin keimanannya, sering memanjatkan doa, yang menjadi teladan bagi umat Muslim untuk terus memohon keteguhan:
{يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِين}
Bacaan Latin: "Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbii 'alaa Diinik."
Artinya: "Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu."
Pentingnya Mawas Diri dan HarapanKeyakinan akan Ya Muqallibal Quluub mengandung dua hikmah besar:
1. Mawas Diri: Seorang Muslim tidak boleh sombong atas ketaatan yang dimiliki, karena ia tahu bahwa hati bisa berbalik kapan saja. Hal ini mendorong kerendahan hati dan terus-menerus memohon perlindungan dari fitnah (ujian) dunia
2. Harapan: Sebaliknya, bagi mereka yang merasa terpuruk dalam dosa atau jauh dari kebenaran, sifat ini memberi harapan tak terbatas. Selama nafas masih ada, pintu hidayah dan perubahan hati selalu terbuka lebar, sebab Allah-lah yang memegang kendali penuh atas perubahan tersebut.
Dengan mengimani sifat Allah ini, setiap individu diingatkan bahwa fokus utama dalam hidup beragama adalah menjaga kualitas hati, memohon keteguhan, dan menyadari bahwa hidayah sepenuhnya adalah milik Allah.