JAKARTA, Cobisnis.com - Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria menyampaikan kabar terbaru terkait restrukturisasi BUMN karya. Dia bilang restrukturisasi pada BUMN sektor tersebut menjadi satu keharusan.
“Memang akan dilakukan, pastinya. Karena ada kebutuhan kita untuk melakukan restrukturisasi karya, kan,” kata Dony, ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta, dikutip Jumat, 18 Juli.
Dony juga mengungkapkan ada beberapa opsi yang sedang dikaji saat ini. Mulai dari merger antara satu dan lainnya, hingga konsolidasi ke bisnis lain.
“Nanti mungkin ada beberapa opsi. Di antaranya ada konsolidasi dalam bentuk bisnis lain. Ada juga dalam bentuk merger dan penyatuan beberapa hal kita untuk BUMN Karya kita,” tuturnya.
Meski begitu, Wakil Menteri BUMN ini menjelaskan belum bisa memastikan opsi mana yang dipilih. Namun, diaa menekankan penyehatan BUMN karya merupakan keharusan.
“Lagi didiskusikan (bentuknya). Ada beberapa opsi, kan. Tapi yang paling pasti adalah kita harus menyehatkan BUMN Karya kita,” katanya.
Sekadar informasi, Kementerian BUMN berencana untuk menggabungkan atau merger perusahaan pelat merah di sektor karya dari tujuh menjadi tiga perusahaan.
Adapun tujuh BUMN tersebut, yakni PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero), PT PP (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) atau WIKA, PT Brantas Abipraya (Persero), PT Adhi Karya (Persero) dan PT Nindya Karya (Persero).
Rencananya Waskita Karya akan dilebur dengan Hutama Karya (HK). Nantinya, Hutama Karya yang akan menjadi induk usaha. Lalu, Wijaya Karya akan dilebur dengan PT PP. Sedangkan, Brantas Abipraya akan melebur dengan Adhi Karya dan PT Nindya Karya.
*Tantangan Merger BUMN Karya*
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) Novel Arsyad mengatakan, ada sejumlah tantangan yang menyebabkan lambatnya proses merger dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). Salah satu penyebab lambatnya merger adalah hasil evaluasi masing-masing perusahaan.
Menurut Novel, saat ini proses merger masih diproses di Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara). Danantara juga telah menginstruksikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya untuk melakukan evaluasi.
“Masih diproses di Danantara. Danantara masih berjalan. Semua BUMN konstruksi ini diminta melakukan evaluasi kondisi perusahaannya masing-masing. Nah, nanti itu akan dengan konsultan, digabungkan, apa-apa saja yang harus dilakukan. (Intinya) masih dalam proses,” ujar Novel saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 15 Juli.
Novel bilang, evaluasi itu mencakup kinerja keuangan BUMN Karya, seperti utang hingga pengerjaan proyek. Menurutnya, persoalan-persoalan tersebut perlu disinkronkan untuk mengantisipasi persoalan lain.
“Ya, kalau saya bilang pasti, kan, perusahaan ini ada lebih dan kurangnya. Ada masalah project, segala macam, kan. Itu harus disinkronkan semuanya seperti apa, sehingga kalau misalkan A bergabung dengan B, atau B bergabung dengan C, itu berdasarkan hal-hal ditinjau oleh konsultan tadi. Banyak faktor,” tutur Novel.
Saat ditanyai lebih lanjut, apakah proses merger BUMN Karya tersebut bisa rampung pada tahun ini, Novel belum bisa memastikan.
“Mungkin (rampung), insyaallah,” pungkasnya.
“Memang akan dilakukan, pastinya. Karena ada kebutuhan kita untuk melakukan restrukturisasi karya, kan,” kata Dony, ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta, dikutip Jumat, 18 Juli.
Dony juga mengungkapkan ada beberapa opsi yang sedang dikaji saat ini. Mulai dari merger antara satu dan lainnya, hingga konsolidasi ke bisnis lain.
“Nanti mungkin ada beberapa opsi. Di antaranya ada konsolidasi dalam bentuk bisnis lain. Ada juga dalam bentuk merger dan penyatuan beberapa hal kita untuk BUMN Karya kita,” tuturnya.
Meski begitu, Wakil Menteri BUMN ini menjelaskan belum bisa memastikan opsi mana yang dipilih. Namun, diaa menekankan penyehatan BUMN karya merupakan keharusan.
“Lagi didiskusikan (bentuknya). Ada beberapa opsi, kan. Tapi yang paling pasti adalah kita harus menyehatkan BUMN Karya kita,” katanya.
Sekadar informasi, Kementerian BUMN berencana untuk menggabungkan atau merger perusahaan pelat merah di sektor karya dari tujuh menjadi tiga perusahaan.
Adapun tujuh BUMN tersebut, yakni PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero), PT PP (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) atau WIKA, PT Brantas Abipraya (Persero), PT Adhi Karya (Persero) dan PT Nindya Karya (Persero).
Rencananya Waskita Karya akan dilebur dengan Hutama Karya (HK). Nantinya, Hutama Karya yang akan menjadi induk usaha. Lalu, Wijaya Karya akan dilebur dengan PT PP. Sedangkan, Brantas Abipraya akan melebur dengan Adhi Karya dan PT Nindya Karya.
*Tantangan Merger BUMN Karya*
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) Novel Arsyad mengatakan, ada sejumlah tantangan yang menyebabkan lambatnya proses merger dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). Salah satu penyebab lambatnya merger adalah hasil evaluasi masing-masing perusahaan.
Menurut Novel, saat ini proses merger masih diproses di Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara). Danantara juga telah menginstruksikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya untuk melakukan evaluasi.
“Masih diproses di Danantara. Danantara masih berjalan. Semua BUMN konstruksi ini diminta melakukan evaluasi kondisi perusahaannya masing-masing. Nah, nanti itu akan dengan konsultan, digabungkan, apa-apa saja yang harus dilakukan. (Intinya) masih dalam proses,” ujar Novel saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 15 Juli.
Novel bilang, evaluasi itu mencakup kinerja keuangan BUMN Karya, seperti utang hingga pengerjaan proyek. Menurutnya, persoalan-persoalan tersebut perlu disinkronkan untuk mengantisipasi persoalan lain.
“Ya, kalau saya bilang pasti, kan, perusahaan ini ada lebih dan kurangnya. Ada masalah project, segala macam, kan. Itu harus disinkronkan semuanya seperti apa, sehingga kalau misalkan A bergabung dengan B, atau B bergabung dengan C, itu berdasarkan hal-hal ditinjau oleh konsultan tadi. Banyak faktor,” tutur Novel.
Saat ditanyai lebih lanjut, apakah proses merger BUMN Karya tersebut bisa rampung pada tahun ini, Novel belum bisa memastikan.
“Mungkin (rampung), insyaallah,” pungkasnya.