Jamkrindo

Mengapa Hutan Disebut Paru-paru Dunia yang Menjaga Kehidupan

Oleh Desti Dwi Natasya pada 05 Oct 2025, 04:59 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Hutan sering disebut sebagai paru-paru dunia, sebuah istilah yang menggambarkan betapa pentingnya keberadaan hutan bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Julukan ini bukan sekadar kiasan, melainkan fakta ilmiah yang berkaitan erat dengan peran hutan dalam menjaga keseimbangan ekosistem global.

Salah satu alasan utama hutan disebut paru-paru dunia adalah kemampuannya menghasilkan oksigen. Melalui proses fotosintesis, pepohonan menyerap karbon dioksida dari udara dan mengeluarkan oksigen yang kita hirup setiap hari. Oksigen ini menjadi sumber kehidupan bagi manusia dan hewan, sehingga keberadaan hutan benar-benar vital.

Selain menghasilkan oksigen, hutan juga berfungsi sebagai penyerap karbon. Gas karbon dioksida yang berlebihan bisa mempercepat pemanasan global. Dengan menyerapnya, hutan membantu menurunkan dampak perubahan iklim. Hal ini menjadikan hutan sebagai salah satu solusi alami dalam menghadapi krisis lingkungan dunia.

Hutan juga berperan dalam menjaga siklus air di bumi. Akar pepohonan menyerap air hujan, menyimpannya, lalu melepaskannya kembali ke atmosfer dalam bentuk uap. Proses ini membantu menjaga kelembapan udara, menurunkan suhu, dan mencegah terjadinya banjir maupun kekeringan ekstrem.

Selain fungsi ekologis, hutan juga menjadi rumah bagi jutaan spesies flora dan fauna. Keragaman hayati yang ada di dalam hutan mendukung keseimbangan rantai makanan dan mencegah kepunahan satwa liar. Kehilangan hutan berarti kehilangan habitat alami yang sangat penting untuk keberlangsungan kehidupan.

Dari sisi manusia, hutan juga memberi manfaat langsung seperti kayu, obat-obatan, hingga bahan pangan. Namun, pemanfaatan ini harus dilakukan secara bijak agar tidak merusak fungsi hutan sebagai paru-paru dunia. Eksploitasi berlebihan justru bisa mempercepat kerusakan lingkungan.

Sayangnya, deforestasi dan pembakaran hutan masih menjadi ancaman besar. Laju kerusakan hutan yang tinggi membuat bumi kehilangan kemampuannya menjaga keseimbangan iklim. Dampaknya bisa dirasakan secara langsung, mulai dari udara yang tercemar, suhu yang makin panas, hingga bencana alam yang semakin sering terjadi.

Untuk itu, menjaga hutan sama artinya dengan menjaga kehidupan. Reboisasi, penghentian pembalakan liar, serta pengelolaan hutan berkelanjutan harus digalakkan. Setiap individu juga bisa berkontribusi, misalnya dengan mengurangi penggunaan kertas sekali pakai atau mendukung produk ramah lingkungan.

Secara keseluruhan, hutan benar-benar layak disebut paru-paru dunia. Tanpa hutan, bumi akan kehilangan sumber oksigen, penyeimbang iklim, hingga tempat tinggal bagi jutaan spesies. Melestarikan hutan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau organisasi lingkungan, tetapi juga tugas bersama seluruh umat manusia.